Kaligrafi dan Khat
Kaligrafi berasal dari bahasa Yunani (kallos) berarti indah dan (graphe) yang artinya tulisan. Syaikh Syamsuddin Al Akhfani (Dalam Irsyad Al Qoshid, 2000) kaligrafi adalah suatu ilmu yang memperkenalkan bentuk-bentuk huruf tunggal, letak-letaknya, dan cara-cara merangkai menjadi sebuah kalimat tersusun. atau apa-apa yang ditulis si atas garis-garis, bagaimana cara menulisnya dan menentukan mana yang tidak perlu ditulis, mengubah ejaan yang perlu diubah dan menetukan cara bagaimana untuk mengubahnya.
Jenis-jenis Khat:
Dalamperkembangannya muncul ratusan jenis khat kaligrafi, tidak semua khat tersebut bertahan hingga saat ini. terdapat delapan jenis khat kaligrafi yang populer yang dikenal oleh para pecinta seni kaligrafi di Indonesia, yaitu:
1. Naskhi.
Menurut Didin Sirojuddin, kaligrafi gaya naskahi paling sering dipakai umat islam, baik untuk menulis naskah keagamaan maupun tulisan sehari-hari. gaya naskahi termasuk gaya penulisan kaligrafi tertua. sejak kaidah penulisannya dirumuskan secara sistematis oleh Ibnu Muqlah pada abad ke 10, gaya kaligrafi ini sangat populer digunakan untuk menulis mushaf Al-Qur'an sampai sekarang. karakter hurufnya sangat sederhana, nyaris tanpa hiasan tambahan, sehingga mudah ditulis dan dibaca.
2. Tsuluts.
Merupakan seorang menteri (wazir) dimasa kekhalifahhan Abbasiyah. tulisan kaligrafi gaya tsuluts sangat ornamental, dengan banyak hiasan tambahan dan mudah dibentuk dalam komposisi tertentu untuk memenuhi ruang tulisan yang tersedia. karya kaligrafi yang menggunakan gaya tsuluts bisa ditulis dalam bentuk kurva, dengan kepala meruncing dan terkadang ditulis dengan gaya sambung dan interseksi yang kuat. karena keindahan dan keluesannya ini, gaya tsuluts banyak digunakan sebagai ornamen arsitektur masjid, sampul buku, dan dekorasi interior.
3. Farisi.
menurut Didin Sirojuddin, seperti tampak dari namanya, kaligrafi gaya farisi dikembangkan oleh orang persia dan menjadi huruf resmi bangsa ini sejak masa dinasti safawi sampai sekarang. kaligrafi farisi sangat mengutamakan unsur garis, ditulis tanpa harokat, dan kepiawaian penulis ditentukan oleh kelincahannya mempermainkan tebal tipis huruf dalam takaran yang tepat. gaya ini banyak digunakan sebagai dekorasi eksterior masjid di Iran, yang biasanya dipadu dengan warna-warni arabes.
4. Riq'ah.
Sebagaimana halnya dengan tulisan gaya naskhi yang dipakai dalam tulisan sehari-hari riq'ah dikembangkan oleh kaligrafer Daulah Utsmaniyah, lazim pula digunakan untuk tulisan tangan biasa atau untuk kepentingan praktis lainnya. karakter hurufnya sangat sederhana, tanpa harokat sehingga memungkinkan untuk ditulis cepat.
5. Ijazah (Raihani).
Menurut Didin Sirojuddin, tulisan kaligrafi gaya ijazah (Raihani) merupakan perpaduan gaya antara gaya tsuluts dan naskhi, yang dikembangkan oleh para kaligrafer Daulah Usmani. Gaya ini lazim digunakan untuk penulisan ijazah dari seorang guru kaligrafi kepada muridnya. karakter hurufnya seperti tsuluts, tetapi lebih sederhana, sedikit hiasan tambahan, dan tidak lazim ditulis secara bertumpuk (murakkab).
6. Diwani.
Menurut Didin Sirojuddin, gaya kaligrafi Diwani dikembangkan oleh kaligrafer Ibrahim Munif. kemudian, disempurnakan oleh Syaikh Hamdullah dan kaligrafer Daulah Usmani di Turki akhir abad ke 15 dan awal abad ke 16. Gaya ini digunakan untuk menulis kepala surat resmi kerajaan. karakter gaya ini bulat dan tidak berharakat. keindahan tulisannya bergantung pada permainan garisnya yang kadang-kadang pada huruf tertentu meninggi atau menurun, jauh melebihi patokan garis horizontalnya. model kaligrafi diwani banyak digunakan untuk ornamen arsitektur dan sampul buku.
7. Diwani Jali.
Menurut Didin Sirojuddin, kaligafi gaya diwani jali merupakan pengembangan gaya diwani. gaya penulisan kaligrafi ini diperkenalkan oleh Hafiz Usman, seorang kaligrafer terkemuka Daulah Usmani di Turki. anatomi huruf diwani jali pada dasarnya mirip Diwani, namun jauh lebih ornamental, padat, dan terkadan bertumpuk-tumpuk.
Berbeda dengan diwani yang tidak berharakat, diwani jali sebaliknya sangat melimpah harakat yang melimpah ini lebih ditunjukkan untuk keperluan dekoratif dan tidak seluruhnya berfungsi sebagai tanda baca. karenanya gaya ini sulit dibaca secara selintas biasanya, model ini digunakan untuk aplikasi yang tidak fungsional, seperti dekorasi interior masjid atau benda hias.
8. Kufi.
Menurut Didin Sirojuddin (2006) , gaya penulisan kaligrafi ini banyak digunakan untuk penyalinan Al-Qur'an periode awal. karena itu, gaya kufi ini adalah model penulisan paling tua di antara semua kaligrafi. gaya ini pertama kali berkembang di kota Kuffah, Irak, yang merupakan salah satu kota terpenting dalam sejarah peradaban islam sejak abad ke 7 M.